Hayat dan Riwayat

Di balik tirai, di kejauhan. Ada ruang yang tak bisa dipahami. Entah dalam dimensi yang sama atau tidak, namun banyak yang melihatnya sebagai sebuah utopia. Janji demi janji dituliskan melalui berbagai literatur. Katanya hanya orang-orang terpilih yang bisa melangkah ke dalamnya.

Panggil saja tempat itu rumah, karena mereka bilang "Anggap saja rumah sendiri." Yang paling logis untuk dilakukan adalah panggil pertolongan. Jika bisa menahan selama seumur hidup, tak heran jika banyak yang muntah-muntah pada akhirnya. Bagaimana tidak? Selama maksimal 80 tahun seperti dihempas di atas komidi putar dengan kecepatan konstan, hingga ciptakan ilusi bahwa kita menuju suatu tempat. Padahal kita sama sekali tak bergerak.

Dalam rute abadi komidi putar ini kita sedang memasuki tahapan yang benar-benar aneh. Barang siapa yang bisa mengubah bentuknya menjadi kubus, maka waktu tak akan melahapnya. Yang asanya terputus, akan terhisap jauh sekali ke dalam lembah tanpa cahaya. Terjebak dalam mimpi buruk tanpa akhir, di tengah-tengah kerumunan orang yang berbicara dalam tidurnya. Yang dimaksud adalah mereka yang merasa harus selalu bertindak, ternyata bertanduk.

Beberapa tahun lalu ada yang meramalkan bahwa Tuhan akan bermutasi. Dan kali ini terjadi. Dengan congkak, mengubah yang tak berwujud menjadi sebuah tagar. Menjadi sebuah kisah nyata yang dikonstruksi dalam sebuah berkas presentasi, diubah menjadi naskah yang divisualkan sedemikian rupa. Setiap kali diluncurkan memang ditujukan menjadi sebuah salinan dari sebuah salinan, hingga tak ada orang yang tahu bahwa ada satu kebohongan di antara jutaan salinan tersebut.

Tanduk demi tanduk pun tumbuh dan meruncing ketika sebuah umat tercipta. Lalu mereka 11-12x sehari mengamalkan nilai-nilai dari sebuah kitab yang terdiri dari kode-kode biner. Yang merasa bahwa ini semua hanya omong kosong, akan menempuh dua jalan; bersembunyi hingga waktu yang tak bisa ditentukan, atau mati muda. Yang lain di depan, lain di belakang pun akan tersandung dan jatuh ke dalam rasa sakit akibat sebuah kutipan klise "Semua akan kena batunya pada waktunya."