Sekelompok Pemuda Ditemukan Tewas tanpa Identitas

Tidak ada yang bisa mengalahkan nikmatnya berselancar di tengah pasang-surut gelombang hari ini. Segala terumbu karang yang terlihat, ditelan bulat-bulat secara serentak. Awas tersedak. Sebaiknya berhati-hati dalam bertindak, terutama jika sambil memantau layar dan melihat sekitar demi sesuaikan diri dengan iklim yang tidak pasti.

Tanpa pijakan, kita sungguh rentan terhempas angin yang dihembuskan oleh para dalang pemilik mesin uang. Kita pun menghindari kebosanan tanpa kenal bosan, menjadi peraga setiap pergerakan yang sedang mengambang di permukaan. Ketika salah satunya tenggelam, jangan lupa bercermin untuk pastikan kita tetap sembarang menyalin agar berhasil menjadi orang lain. Tidak perlu saling mengenal, karena orang lain telah musnah atau berubah, menjadi diri kita.

Siapa yang tidak senang merasakan indahnya tersesat di rumah sendiri? Dengan mata yang dibutakan oleh tangan-tangan manusia yang tidak bisa ditanyakan ke mana arah jalan pulang. Ucapkan syukur jika masih menggenggam kompas, walaupun telah disabotase oleh sosok yang kita anggap pahlawan perlawanan kekinian; sang juru selamat dengan niat menciptakan keberagaman, namun justru melahirkan keseragaman.

Hari ini adalah titik baliknya. Jika perlawanan terhadap tren telah menjadi sebuah tren, lantas untuk apa melawan keseragaman jika semua menyeragamkan perlawanan? Untuk saat ini, lebih baik mendobrak barikade pemikiran untuk sekadar mengingatkan bahwa sebenarnya kita semua adalah konformis yang kian terkikis, atau mungkin sudah mampus akibat terseret arus.