Rasa Menjadi Dogma

Sejujurnya pintu ini terlalu lapuk untuk diketuk. Namun suara itu terdengar semakin dekat, lalu bergema.

Putih bertamu. "Permisi. Apa benar ini rumah Hitam?"

"Rumahku pergi beberapa tahun lalu. Aku hanya punya pintu." Ujar Hitam sambil menggores engsel pintunya yang berkarat.

Putih berbisik dengan lembut. "Rupanya Biru mengoyakmu begitu dahsyat. Aku ingin mengusirnya."

Hitam mengangguk dan memuntahkan Biru, lalu Putih menghempasnya dengan amat keras hingga melesat jauh menuju angkasa hampa.

Dengan tenteram, mata Hitam terpejam hingga menjadi buta. Namun dengan perlahan,  Putih membuka mata hatinya. Hitam dan Putih kini telah bias menjadi Abu-abu.

Dalam tatapan, mereka berkaca. Dalam hembusan, rasa menjadi dogma.