Semasa

Tanpa suara, kemenangan itu terucap di wilayah Timur ibukota. Tak ada dengki, tak ada yang mengernyitkan dahi. Yang menyerupai hanya sembunyikan sesal dan tetap berlapang dada, menerima kebenaran yang dinilai salah dahulu kala. 


Kata-kata yang melegakan hati tak seharusnya dijadikan senjata pemusnah massal. Setiap benih yang terlontarkan dari kepala hingga ujung bibirmu akan bermekaran di masa depan. Mengembang begitu besarnya hingga menjelma menjadi nyata.


Sejuta tahun cahaya takkan terasa lama jika dinikmati. Untuk mendatangi masa yang ditunggu-tunggu, kita hanya butuh pergi mengendarai waktu, melalui manuver-manuver takdir. Melaju dan kendali, tak bisa kembali.


Aku ingin bercermin dan kenali siapa yang ada di balik tatapan itu. Akan ku ingat-ingat dan lupakan di saat yang bersamaan. Lalu kembali berjalan di lubuk pikiran, menikmati setiap hembusan nafas selagi waktu masih berlaku.